Senin, 24 Juli 2017

Trik Renard Siasati Sempitnya Meja dan Angkot karena Tinggi Badan


Memiliki tinggi badan 195 cm membuat Renard Ichthus Hernando (14) terkadang kesulitan saat duduk di bangku kelas atau memasuki kendaraan umum. Siswa kelas X SMA 18 Kabupaten Tangerang, Banten, itu punya cara sendiri agar tetap nyaman dan bisa beraktivitas normal.

Saat duduk di bangku kelas, Renard harus meluruskan kakinya ke depan agar lulut tak terbentur meja. "Mungkin (kaki) diselonjorin atau (bangku) dimundurin," kata Renard saat ditemui di sekolahnya, Senin (24/7/2017).


 berkesempatan langsung melihat kondisi Renard duduk di bangkunya. Selain meluruskan kakinya ke depan, dia juga mencontohkan cara lain agar tetap nyaman saat belajar.

"Atau nggak saya tekuk saja begini," ujarnya sambil menekuk kakinya sekitar 45 derajat.

Jika kakinya tak ditekuk seperti itu, lututnya kerap membentur bagian bawah meja belajar. Saat duduk di bangkunya, Renard tak bisa meletakkan kaki di atas pijakan meja. Sebab, saat duduk dan kakinya menyentuh lantai, lututnya langsung bersentuhan langsung dengan bagian bawah meja.

Beda halnya saat Renard harus naik angkutan umum. Dia mesti menundukkan badannya agar kepala tak terbentur plafon kendaraan.

PATHNER BANDAR KARTU ONLINE TERBESAR ZOYAQQ.COM

Sabtu, 22 Juli 2017

Jokowi Sudah Dapatkan Tiket Pilpres 2019, Siapakah Lawannya??


Presiden Joko Widodo sudah mengantongi tiket sebagai capres 2019 menyusul sudah adanya 3 parpol yang menyatakan akan kembali mendukungnya. Lantas, siapa yang akan jadi lawan tanding Jokowi?

Tiga Parpol yang sudah menyatakan akan mendukung Jokowi di Pilpres 2019 adalah Golkar, NasDem, dan PPP. Dengan UU pemilu yang baru, maka perolehan suara tiga parpol itu di Pemilu 2014 sudah cukup bagi Jokowi untuk maju ke Pilpres 2019.

Di UU Pemilu itu, diatur presidential threshold (PT) atau syarat parpol/gabungan parpol bisa mengusung capres adalah memiliki 20 persen kursi di DPR atau 25 persen suara sah nasional di pemilu sebelumnya, Pemilu 2014. Gabungan suara Golkar, Nasdem, dan PPP sudah memenuhi syarat itu.

Di Pemilu 2014, Golkar meraih 14,75 persen suara, Nasdem 6,72 persen suara, dan PPP 6,53 persen suara. Gabungan suara ketiga parpol yaitu 28 persen perolehan suara di Pemilu 2014. Artinya meski tanpa PDIP, Jokowi sudah punya tiket ke Pilpres 2019 dari dukungan ketiga parpol itu.



Nama yang santer untuk menjadi lawan Jokowi adalah Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Bila keadaan seperti ini, keadaan pun akan kembali terulang seperti Pilpres 2014.

PKS sudah memberi sinyal siap bergandengan tangan lagi dengan Gerindra jika PT 20-25 persen dinyatakan sah oleh Mahkamah Konstitusi, jika nanti ada yang menggugat. Dengan niat Gerindra kembali mengusung Prabowo Subianto, maka terbuka peluang duel Jokowi vs Prabowo terulang di Pilpres 2019.

Namun Gerindra ternyata juga memiliki kekhawatiran gagalnya Prabowo kembali nyapres. Presidential threshold yang diatur dalam UU Pemilu baru dianggap akan menjadi penghalang bagi Gerindra.

Ambang batas 20-25% di UU Pemilu maksudnya adalah 20 persen perolehan kursi di DPR dan 25% perolehan suara nasional dalam pemilu. Gerindra akan kesulitan memenuhi angka 20% bila ingin mengajukan Prabowo sebagai capres.

Sebab perolehan kursi di DPR Gerindra bila digabungkan dengan PKS belum juga cukup memenuhi syarat 20%. Gerindra juga disebut hampir mustahil untuk berkoalisi dengan Partai Demokrat agar bisa menambah syarat presidential threshold.

"Kalau kita cuma sama PKS, kalau 20% nggak cukup, kalau ditambah sama PAN kita cukup. PKS nggak sampe 7%, hanya 5,5% kalau nggak salah. Gerindra 12%. PAN 7%, Demokrat 10%, nggak cukup juga itu kalau Demokrat dan PAN berdua aja. Kalau berempat berarti cukup tapi belum tentu sama platform-nya," terang Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono, Jumat (21/7).

"Kadang kan dalam perhelatan pemilihan kepala daerah atau pilpres, Demokrat nggak mau ikut kita, mungkin karena SBY dan Pak Prabowo nggak mau nyatu. Pilpres 2014 nggak ke kita," lanjutnya.

Dengan kondisi seperti itu, Arief mengatakan akan sulit juga calon-calon alternatif muncul di Pilpres. Lantas siapakah yang akan muncul menjadi lawan Jokowi di 2019 nanti?

Kamis, 20 Juli 2017

Terobos Jalur TransJ, Pemotor Terlindas Bus di Daan Mogot


Seorang pengemudi motor terhimpit bus TransJakarta ketika menerobos busway. Peristiwa ini terjadi di kawasan Daan Mogot, Jakarta Barat karena pemotor tersebut kehilangan keseimbangan karena menyenggol pembatas jalan.

"Dikarenakan pengendara Honda Beat Pop menyenggol MCB jalur lalu hilang keseimbangan dan terjatuh tepat di samping Bus MYS 17017 mengakibatkan tubuh pengendara Honda Beat Pop masuk di antara ban depan dan ban belakang bus," kata pejabat Humas PT TransJakarta Wibowo lewat keterangan tertulisnya, Kamis (20/7/2017).

Dia mengatakan peristiwa tersebut terjadi pada hari ini sekitar pukul 09.40 WIB. Sepeda motor bernopol B 4230 BFM ini memaksakan masuk ke jalur TransJ di traffic light Casa Jardin, Jalan Daan Mogot, Jakbar.

"Kronologi pada saat traffic light Casa Jardin menunjukkan lampu hijau, Bus MYS 17017 pun mulai melaju perlahan. Tiba-tiba ketika sebagian body bus sudah masuk ke dalam jalur, di saat bersamaan ada Honda Beat Pop hitam memaksakan untuk masuk ke jalur," ujarnya.


Akibat peristiwa ini, pengemudi bernama Rusdi E tersebut mengalami luka parah di bagian paha sebelah kiri. Penumpang bus pun dievakuasi ke dalam bus MB 1626.

"Petugas layanan bus (PLB) langsung membawa korban ke IGD RS Sumber Waras untuk langsung mendapat penanganan medis," ucap dia.

Seorang kontributor pasangmata, Herman Fauzi mengatakan peristiwa ini sempat menyebabkan kemacetan di sekitar lokasi. Petugas keamanan yang ada di sekitar lokasi langsung mengevakuasi korban dari kolong bus.

"Orangnya terlindas ban, kakinya patah. Kondisi korban agak kritis. Digotong petugas security di sekitar situ dan pengendara lainnya," kata Herman.

Dia mengatakan korban tersebut mengendarai motor sendirian. Peristiwa tersebut terjadi di Jalan Daan Mogot arah Grogol. 


Senin, 17 Juli 2017

Pulang Isi Bensin, Bocah Kelas V SD Tewas Tertabrak Truk


Seorang anak kelas V sekolah dasar (SD) tewas tertabrak truk ekspedisi. HM (10) mengembuskan napas terakhir saat dibawa ke rumah sakit.

"Berdasarkan keterangan dokter, korban telah meninggal saat sampai di rumah sakit," kata anggota Unit Laka Lantas Polres Jakarta Utara Brigadir Sarjono saat ditemui di rumah sakit Royal Progress, Sunter, Tanjung Priok, Senin (17/7/2017).

Sarjono menjelaskan pihaknya mendapatkan laporan dari warga pada pukul 16.30 WIB. Dia mengatakan HM meninggal karena luka di dadanya.


Kecelakaan bermula saat HM dan G (15) pulang mengisi bensin menggunakan motor matik bernomor polisi B-3666-UMZ. Saat itu HM berboncengan dengan G.

"Diduga korban yang membawa motor," ungkap Sarjono.

Sementara itu, ditemui di lokasi yang sama, paman korban, Pardi, menjelaskan mobil logistik B-9438-BM yang menabrak korban berjalan ugal-ugalan.

"Jadi kontainer di sebelah kiri mepet, ngebanting ke kiri, ngehajar mobil Armas itu," kata Pardi.


HM, yang masih di bawah umur, membawa motor secara diam-diam, tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya. "Ya, mungkin orang tuanya lalai juga naruh kunci," imbuhnya.

Akibat kecelakaan tersebut, motor korban mengalami kerusakan parah di bagian setang dan roda depan. Kedua korban sempat dibawa ke RS Royal Progress, Sunter, Jakut. HM akan dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo untuk dilakukan visum.

Habib Rizieq tegur keras Presidium Alumni 212 karena bela Hary Tanoe


Imam besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab menolak dengan tegas langkah Presidium Alumni 212 yang membela bos MNC Group Hary Tanoesoedibjo (HT) dengan melaporkan dugaan kriminalisasi ke Komnas HAM. Rizieq telah menegur keras ketua presidium Ansufri Idrus Sambo.

"Sudah ditegur keras," kata kuasa hukum FPI, Sugito Atmo Pawiro menyampaikan pesan Rizieq, saat dihubungi merdeka.com, Senin (17/7)..

Ditambahkan Sugito, Rizieq keberatan dengan tindakan itu karena bagaimanapun, kelompok Alumni 212 adalah bagian dari perjuangan umat Islam yang mendesak proses hukum terhadap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang telah menista agama.

"Habib sangat keberatan, sebenarnya penyebutan 212 terlepas itu presidium atau apalah bentuknya itu kan suka atau tidak suka terkait dengan (demo) 2 Desember kemarin. Tapi terkait penyebutan Harry Tanoe sebagai bagian dari perjuangan selama ini diperjuangkan oleh Habib sangat keberatan. Sangat keberatan," ujar Sugito.

Dalam hal ini, Rizieq menilai ada main mata antara Sambo dengan Hary Tanoe. "(Dugaan main mata) Oh iya, kalo GNPF masih bisa diajak bicara. Presidium ini jalan sendiri. Saya tidak tahu persis langkah berikutnya, itu kan hak prerogatif Presidium 212, tapi Habib tidak sepakat," pungkasnya.